Macam-macam Korosi yang terjadi pada Logam Tembaga
Handayani (2018) menjelaskan definisi korosi merupakan penurunan kualitas dari material akibat reaksi reduksi-oksidasi (redoks) antara logam dengan dengan berbagai zat yang ada dilingkungannya sehingga menghasilkan senyawa baru. Timar & Eastop (1988) menjelaskan korosi pada tembaga akan menghasilkan senyawa oksida bergantung pada jenis lingkungannya. Tembaga yang bereaksi dengan oksigen (O2) akan menjadi tembaga (I) oksida atau dalam rumus kimia Cu2O yang berwarna kemerahan dan tembaga (II) oksida atau dalam rumus kimia CuO yang membentuk lapisan berwarna hitam. Tembaga bertemu dengan hidrogren sulfida (H2S) membentuk tembaga sulfida (CuS) berwarna hitam dan bersifat nonprotective. Reaksi tembaga dengan CO2 akan memebentuk tembaga (II) karbonat [CuCoO3.Cu(OH)2] yang berwarna hijau. Tembaga yang bertemu dengan ion Cl- akan membentuk tembaga (I) klorida (CuCl). Dari semua jenis korosi, CuCl merupakan yang paling merusak struktu tembaga.
Tingkat korosi yang terjadi pada tembaga diatur dalam standar ASTM D130 (Gambar 14). Standar ini pada dasarnya dibuat untuk mengukur tingkat korosi pada produk yang terkait dengan pengolahan minyak bumi. Minyak bumi mentah pada dasarnya mengandung senyawa sulfur. Senyawa ini masih tetap ada sampai produk akhir walaupun selama proses sudah dilakukan proses pemurnian, hanya kadarnya saja yang berkurang. Ashraf et al. (2016) menjelaskan copper sulfide merupakan senyawa yang terbentuk selama proses korosi antara tembaga dengan sulfur. Sulfur bersifat sangat korosif terhadap tembaga jika tembaga tidak dilakukan pasivasi.
Comments
Post a Comment