Pengertian dan Proses Elektroplating Lengkap
PENGERTIAN PROSES ELEKTROPLATING
a. Prinsip Dasar Elektroplating
Menurut Sugiyarta et al. (2012) pelapisan logam merupakan metode yang digunakan untuk memberikan sifat tertentu pada permukaan di mana diharapkan benda tersebut akan mengalami perbaikan maupun ketahanan yang lebih baik dari sifat aslinya. Pelapisan logam ada banyak jenisnya, salah satunya adalah elektroplating. Elektroplating atau yang sering disebut electrodeposition merupakan proses melapisi logam menggunakan logam lain dengan cara mencelupkan sebuah benda yang akan dilapisi dalam suatu larutan elektrolit yang dialiri arus searah melalui elektroda. Dengan menggunakan proses elektroplating kualitas logam pelapis juga akan dimiliki oleh materi yang akan dilapis. Menurut Sheehy et al. (1984) elektroplating dilakukan pada suatu logam untuk beberapa tujuan yaitu meningkatkan kekerasan permukaan, wear resistance, mengingkatkan ketahanan aus dan korosi, memperbaiki permukaan, dan memperbaiki keausan. Logam yang akan dilapisi dapat berupa baja, stainless steel, aluminium, nikel, alloy dan lain sebagainya. Elektroplating telah diterapkan di berbagai industri antara lain otomotif, konstruksi, peralatan listrik, sanitasi, pengepakan, dan lain sebagainya.
Menurut Sutomo et al. (2010:14) proses elektroplating melibatkan beberapa komponen di antaranya arus listrik, elektroda (anoda dan katoda), larutan elektrolit, dan benda kerja. Keempat komponen ini disusun sedemikian rupa membentuk rangkaian sistem proses elektroplating (Gambar 9). Anoda dihubungkan pada kutub positif dan katoda dihubungkan pada kutub negatif. Keduanya direndam dalam suatu larutan elektrolit.
Aliran arus bermuatan positif terjadi dari anoda menuju ke katoda. Sedangkan aliran elektron atau muatan negatif mengalir dengan arah yang sebaliknya, dari katoda menuju ke anoda. Proses pengendapan terjadi pada benda kerja yang berlaku sebagai katoda. Karakteristik hasil endapan tergantung pada banyak faktor seperti temperatur, rapat arus, waktu, dan komposisi larutan. Variabel-variabel tersebut dapat diatur sesuai kebutuhan untuk menghasilkan lapisan tebal atau tipis, kusam atau cerah, lunak atau keras, dan ulet atau getas (Fontana, 1986).
b. Tahapan dalam Proses Elektroplating
Menurut Hartomo & Kaneko (1992), barang yang akan dielektroplating tidak dapat langsung dicelupkan tanpa adanya perlakuan terlebih dahulu. Permukaan logam yang akan dilapis harus dalam kondisi bersih. Permukaan bersih, idealnya bebas dari pengotor apapun. Setidaknya ada tiga ranah pembersihan penting dalam mempersiapkan elekktroplating yaitu: pelarut organik (degreasing), pembersihan alkali, serta pickling asam.
1) Degreasing
Proses pelarutan organik juga disebut sebagai penyabunan atau degreasing. Proses ini merupakan tahapan pertama pada proses pembersihan permukaan benda kerja dari pengotor organik. Pengotor tersebut terdiri dari bahan mineral, hewani, minyak, residu dan lain-lain termasuk pada saat proses pengerjaan manufaktur. Pembersihan pengotor organik dapat dilakukan dengan penyabunan atau campuran dari bahan ester dengan alkali. Proses penyabunan efektif dengan dilakukan pemanasan pada larutan pada suhu 50-60°C. Pembersihan ini dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan air bersih.
2) Pembersihan Alkali
Film minyak yang tersisa tetap perlu dihilangkan memakai pembersih alkali. Pembersih alkali harus larut dalam air, membasahi permukaan, membasahi/menembus kotoran dan mengemulsikannya, dan tidak memberi bekas noda pada permukaan logam. Pembersih biasanya bukan alkali tunggal, namun campuran alkali dengan berbagai sabun/surfaktan agar lebih efektif. Pembersihan alkali diakhiri dengan pembilasan menggunakan air bersih.
3) Pickling Asam
Pickling asam digunakan untuk menghilangkan kerak dan karat. Proses pencelupan asam ini dilakukan setelah proses pembersihan alkali dilakukan. Sisa-sisa oksida dan lain-lain perlu untuk dinetralkan terlebih dahulu, selain dibilas yaitu dengan pencelupan asam. Asam yang lazim dipergunakan untuk pickling ialah: sulfat, klorida, nitrat, fosfat, fluorida, fluosilikat, fluoborat, khromat dan sulfamat. Garam asam seperti natrium bisulfat, ferri chlorida, dan amonium persulfate juga sering digunakan. Yang terbanyak dipergunakan ialah asam sulfat (H2SO4). Apabila kerak masih sulit dihilangkan, ia dapat lebih mudah larut dalam asam encer. Pickling dapat lebih efektif apabila disertai arus listrik
4) Pembilasan
Pembilasan dilakukan pada setiap peralihan dari tahap pencelupan. Hal ini bertujuan untuk membersihkan bahan terdahulu yang masih menempel dipermukaan sebelum memasuki tahap berikutnya. Air merupakan faktor utama dan penting dalam pembilasan dan elektroplating. Air yang digunakan tidak sembarangan, melainkan harus memenuhi syarat. Air yang diminum pun belum tentu cukup murni untuk proses elektroplating. Dalam air “bersih” dapat saja masih terdapat garam mineral terlarut, senyawa organik terlarut, gas-gas, padatan tersuspensi, mikroorganisme, dan semacamnya. Kandungan yang sangat tidak diharapkan ialah garam mineral terutama kalsium dan magnesium. Idealnya untuk mendapatkan air yang bersih dapat dilakukan dengan proses osmosis balik menggunakan teknologi membran.
Proses pelapisan melibatkan pencelupan material logam yang akan dilapisi ke dalam satu atau beberapa rangkaian larutan elektrolit dalam periode waktu yang sudah diperhitungkan. Menurut Sheehy (1984) proses pencelupan ini biasanya dilakukan dalam bak plating yang terbuat dari kerangka logam yang dilapisi dengan bahan PVC. Larutan elekrolit berbentuk encer dibagi menjadi dua jenis yaitu larutan alkali dan larutan asam. Larutan jenis alkali dibagi menjadi larutan cyanide dan noncyanide. Larutan Alkaline cyanide kebanyakan digunakan pada pelapisan tembaga, zinc, silver, cadmium, brass, dan bronze. Sedangkan larutan noncyanide digunakan pada pelapisan elektroless nikel. Penggunaan yang paling banyak adalah penggunaan larutan asam. Larutan ini digunakan pada proses pelapisan tembaga, nikel, krom, dan seng.
Sheehy (1984) menjelaskan proses pelapisan pada bak plating menggunakan arus DC dengan besar tegangan 4-8 volts. Arus ini dialirkan melalui larutan elektrolit dari anoda (elektroda positif). Ion logam bermuatan positif akan tertarik pada katoda atau benda kerja. Pada proses ini arus listrik dianggap mempunyai efisiensi 100%, walaupun pada kenyataanya kurang dari angka tersebut. Menurut Sutomo et al. (2010) proses elektroplating menghasilkan endapan yang bersifat adesif terhadap logam dasarnya. Material yang digunakan untuk melapisi biasanya menggunakan logam murni. Dalam NORSOK Standard (1994), material pelapis yang dipilih harus sesuai dengan tujuan penggunaan dan memenuhi beberapa syarat di antaranya:
a) Kemampuan untuk memberikan ketahanan terhadap korosi material utama.
b) Memenuhi persyaratan kesehatan, aman, dan ramah lingkungan.
c) Sifat bahan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.
d) Tersedia dan bersifat ekonomis sebagai bahan pelapis.
Logam pelapis ini kemudian diendapkan secara elektrik melalui sebuah larutan yang mengandung garam-garam logam atau ion-ion logam (Gambar 10). Larutan ini dinamakan sebagai elektrolit.
Comments
Post a Comment